Pages

Friday, March 22, 2013

Striknin

Striknin merupakan alkaloid utama dalam nux vomica, tanaman yang banyak tumbuh di India. Striknin merupakan penyebab keracunan tidak sengaja (accidental poisoning) pada anak. Dalam nux vomica juga terdapat alkaloid brusin yang mirip striknin baik kimia maupun farmakologinya. Brusin lebih lemah dibanding striknin, sehingga efek ekstrak nux vomica boleh dianggap hanya disebabkan oleh striknin.
Striknin tidak bermanfaat untuk terapi, tetapi untuk menjelaskan fisiologi dan farmakologi susunan saraf, obat  ini  menduduki tempat utama diantara obat yang bekerja secara sentral. Striknin bekerja dengan cara mengadakan antagonisme kompetitif terhadap transmiter penghambatan yaitu glisin di daerah penghambatan pascainaps. Glisin juga bertindak sebagai transmiter penghambat pascainaps yang terletak pada pusat lebih tinggi di SSP.
Striknin menyebabkan perangsangan pada semua bagian SSP, obat ini merupakan konvulsan kuat dengan sifat kejang yang khas. Pada hewan coba, konvulsi ini berupa ekstensif tonik dari badan dan semua anggota gerak. Gambaran konvulsi oleh striknin ini berbeda dengan konvulsi oleh obat yang merangsang langsung neuron pusat. Sifat khas lainnya dari kejang striknin ialah kontraksi ekstensor yang simetris yang diperkuat oleh rangsangan sensorik yaitu pendengaran, penglihatan dan perabaan. Konvulsi seperti ini juga terjadi pada hewan yang hanya mempunyai medula spinalis. Striknin ternyata juga merangsang medula spinalis secara langsung, atas dasar ini efek striknin dianggap berdasarkan kerjanya pada medula spinalis dan konvulsinya disebut konvulsi spinal. 
Gejala keracunan striknin yang mula-mula timbul ialah kaku otot muka dan leher. Setiap rangsangan sensorik dapat menimbulkan gerakan motorik hebat. Pada stadium awal terjadi gerakan ekstensi yang masih terkoordinasi,akhirnya terjadi konvulsi tetanik. Episode kejang ini terjadi berulang, frekuensi dan hebatnya kejang bertambah dengan adanya perangsangan sensorik. Kontraksi otot ini menimbulkan nyeri hebat, dan penderita takut mati dalam serangan berikutnya. 
Obat yang paling bermanfaat untuk mengatasi hal ini adalah diazepam 10 mg IV, sebab diazepam dapat melawan kejang tanpa menimbulkan potensiasi terhadap depresi post ictal, seperti yang umum terjadi pada penggunaan barbiturat atau depresan non selektif lainnya (Sunaryo,1995).

Sumber:
Sunaryo. 1995. Perangsang Susunan Saraf Pusat dalam Farmakologi dan Terapi Ed.IV. Jakarta : Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal.223-224.





0 comments:

Post a Comment